7 Sejarah Masuknya Islam di Pulau Lombok (Kerajaan Selaparang) Berkembangnya Agama Islam selama pemerintahan kerajaan "Selaparang Periode Islam" dan munculnya kerajaan kerajaan lain di daerah Sumbawa ternyata membawa dampak yang luar biasa dalam sejarah Lombok. Perkembangan ini ternyata mampu mempercepat proses runtuhnya Kerajaan Majapahit Kerajaan Bima lebih sering disebut Kesultanan Bima, adalah kerajaan Islam yang telah didirikan sejak tahun 1621 Masehi di Pulau Sumbawa. Sepanjang sejarahnya, Kesultanan Bima telah dipimpin oleh 14 Sultan, Muhammad Salahuddin menjadi Sultan Bima yang terakhir. Jika dibandingkan kesultanan lainnya yang pernah ada di Indonesia, mungkin masih banyak yang kurang familiar dengan nama Kerajaan Bima. Untuk itu, disini Kami akan memberikan ulasan lengkap tentang sejarah Kerajaan Bima, masa pemerintahan, kehidupan masyarakat, dll. Bagi yang belum tahu, yuk simak! Sejarah Kerajaan Bimaa. Awal Pendirianb. Awal KesultananPeta Lokasi dan Letak Wilayah KekuasaanSilsilah Raja & Masa Pemerintahan1. Sultan Abdul Kahir 1601 – 16402. Sultan Abdul Khair Sirajuddin 1640 – 16823. Sultan Nuruddin 1682 – 16874. Sultan Jamaluddin 1687 – 16965. Sultan Hasanuddin 1689 – 17316. Sultan Alauddin Syah 1731 – 17427. Sultan Ismail 1819 – 18548. Sultan Muhammad Salahuddin 1915 – 1951Kehidupan Masyarakata. Kehidupan Sosial dan Budayab. Kehidupan Keagamaanc. Kehidupan EkonomiMasa KejayaanMasa Keruntuhan dan PenyebabnyaPeninggalan Sejaraha. Istana Asi Mbojob. Istana Asi Bouc. Masjid Sultan Muhammad Salahuddind. Masjid Al-Muwahiddine. Rimpu Membahas tentang asal usul Kerajaan Bima sebenarnya cukup kompleks. Hal itu karena masih sulit untuk memisahkan antara kisah nyata dengan legenda yang hingga saat ini masih sangat diyakini kebenarannya oleh masyarakat setempat. Apalagi, tidak banyak sumber sejarah dalam versi tertulis, karena dulunya sebelum memeluk agama Islam, rakyat Kerajaan ini belum mengenal dunia menulis. Simak berikut ini sedikit ringkasan sejarah Kerajaan Bima a. Awal Pendirian Sebelum memeluk agama Islam, Kesultanan Bima awalnya adalah kelompok suku yang menganut paham dinamisme dan animisme. Konon sebelum terbentuknya kerajaan Bima, dulunya kerajaan ini bermula dari lima kelompok yang masing-masing dipimpin oleh seseorang yang disebut Ncuhi. Ncuhi Dara menjadi pemimpin di Bima Tengah, Ncuhi Parewa menjadi pemimpin di Bima Selatan, Ncuhi Padolo menjadi pempin di Bima Barat, Ncuhi Banggapura menjadi pemimpin di Bima Utara dan Ncuhi Dorowani menjadi pemimpin di Bima Timur. Selain itu asal usul tersebut, ada juga yang menyebutkan bahwa Kerajaan Bima bermula dari putra-putra Maharaja Pandu Dewata, yakni Darmawangsa, Sang Bima, Sang Arjuna, Sang Kula dan Sang Dewa. Kemudian, masyarakat Kerajaan Bima disatukan dengan suku-suku lainnya yang ada disekitar mereka, penyatuan ini dilakukan oleh Sang Bima yang membawa ajaran Hindu dari Jawa. Dari sinilah awal berdirinya kerajaan, dan Sang Bima menjadi raja pertama yang diberikan gelar Sangaji sebagai pendiri kerajaan. Pada awal berdirinya di abad ke 11 Masehi ada dua nama kerajaan, yakni Kerajaan Bima dan Kerajaan Mojo. Nama Kerajaan Bima diberikan oleh pendudukan setempat, sementara untuk nama Kerajaan Mojo diberikan oleh pemangku adat disebut Ncuhi. Sang Bima memutuskan untuk datang ke Kerajaan Medang setelah ia mendidikan Kerajaan tersebut. Untuk mengisi kekosongan di Kerajaan Bima, ia mengutus kedua putranya untuk menjadi Sangaji Kerajaan. Putranya yang bernama Indra Zamrud diangkat sebagai Sangaji di Kerajaan Bima, sementara Indra Kumala diangkat sebagai Sangaji di Dompu. b. Awal Kesultanan Penyebaran Islam pertama kali dimulai sejak tahun 1540, saat itu banyak pedagang dan mubalig dari Kesultanan Demak datang ke Kesultanan Bima. Sunan Prapen berpengaruh dalam menyiarkan Islam di Kerajaan Bima, kemudian terhenti karena wafatnya Sultan Trenggono di tahun yang sama. Penyebaran Islam dilanjutkan kembali oleh para mubalig dan pedagang dari Kesultanan Ternate yang diutus oleh Sultan Baabullah pada tahun 1580 Kemudian tahun 1619, penyiaran Islam diteruskan kembali oleh Sultan Alauddin dengan mengutus para mubalig dari Kerajaan Bone dan Tallo serta Kesultanan Luwu untuk datang ke Kerajaan Bima. Pada awal tahun 1030 Hijriyah, Raja La Kai memutuskan untuk menjadi seorang mualaf dengan memeluk agama Islam. Disaat yang sama, Kerajaan Bima diganti menjadi Kesultanan Bima dan Islam menjadi agama resmi yang diyakini oleh masyarakat dan bangsawan di Bima. Peta Lokasi dan Letak Wilayah Kekuasaan Letak Kerajaan Bima berbatasan secara langsung dengan Samudera Hindia dan Laut Jawa di selatan. Di bagian barat, Kerajaan ini berbatasan dengan Dompun. Sementara di bagian timur berbatasan dengan Manggarai. Kerajaan juga mendapatkan kekuasaan di pantai barat Semenanjung Gunung Tamboram, yakni wilayah Kerajaan Sanggar di tahun 1928. Secara geografis, Kamu bisa melihat peta lokasi Kesultanan Bima pada gambar berikut ini Wilayah kekuasaan Bima pada abad ke 19 Masehi mencakup pulau pulau kecil di Selat Alas, Manggarai dan Pulau Sumbawa bagian timur. Daerah Reo dan daerah Pota adalah daerah kekuasaan Kerajaan Bima di Manggarai. Sedangkan di Pulau Sumbawa, kekuasaan Kesultanan Bima dibagi menjadi beberapa daerah yaitu Bolo, Sape dan daerah tersebut dipimpin oleh seseorang, oleh masyarakat disebut galarang. Distrik Bolo, Sape dan Belo masing-masing dibagi lagi menjadi daerah perkampungan-perkampungan yang dikepalai kepala kampung. Namun, memasuki tahun 1938, wilayah kekuasaan Kesultanan ini harus berkurang setelah mengadakan perjanjian dengan Gubernur Hindia Belanda. Silsilah Raja & Masa Pemerintahan Menurut silsilah di Kesultanan Bima, para raja diberikan gelar Ruma yang melambangkan wakill Allah di Bumi dan Khalifah. Seorang pemimpin diberikan amanah dari penduduk untuk menjadi seorang pemerintah sehingga dalam tugasnya harus mengutamakan kepentingan masyarakat, diatas kepentingan pribadinya. Sistem pemerintahan di kesultanan dilaksanakan berdasarkan syariat dan ajaran Islam. Nilai-nilai budaya yang dipelajari oleh masyarakat pun jika tidak boleh bertentangan dengan Islam dan hal ini sudah menjadi tradisi di pemerintahan Kerajaan Bima. Pada tahun 1908, Kesultanan Bima masih dikuasai oleh Hindia Belanda yang pada saat itu menerapakan sistem pemerintahan terpusat. Selama periode tersebut, Kesultanan Bima dibagi menjadi lima distrik dengan masing-masing pemimpinnya. Berikut ini Distrik Bolo dipimpin Rato Parado Distrik Belodipimpin Raja Sakuru Distrik Sape dipimpin Raja Bicara Distrik Donggo dipimpin Sultan Muda Distrik Rasanae dipimpin Sultan Memasuki tahun 1909, sistem pemerintahan Kerajaan Bima pindah ke Makassar setelah bergabung dengan Keresidenan Timur Hindia-Belanda. Karena adanya perpindahan sistem pemerintahan ini membuat segala urusan kesultanan di Bima harus berdasarkan persetujuan colonial Belanda, termasuk dalam kehidupan politik. Berikut ini silsilah raja yang pernah menjadi pemimpin di Kesultanan Bima 1. Sultan Abdul Kahir 1601 – 1640 Sultan Abdul Kahir sebagai raja di Kesultanan Bima mendapatkan gelar Rumata Ma Bata Wadu, beliau memeluk Islam saat usianya masih 20 tahun. Setelah menjadi seorang mualaf, Sultan Abdul Kahir memutuskan untuk hijrah ke Makassar selama 19 tahun. Beliau menjadi sultan di Kesultanan Bima dan dikarunia 4 putra dari pernikahannya dengan adik permaisuri Sultan Alaudding Makassar. Selama masa pemerintahannya, Sultan Abdul Kahir memiliki tekad untuk membentuk sistem pemeritahan di Bima berdasarkan syariat Islam hingga dikenal dengan sumpahnya “Sumpah Parapi”. Isi dalam sumpah tersebut menyatakan bahwa ia rela berkorban jiwa dan raga untuk menjunjung Islam, Negeri dan Rakyat. Sultan Abdul Kahir wafat pada 22 Desember 1640 dan kepemimpinan digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Abdul Khair Sirajuddin. 2. Sultan Abdul Khair Sirajuddin 1640 – 1682 Sultan Abdul Khair Sirajuddin adalah putra dari Sultan Abdul Kahir I dan Daeng Sikontu yang melanjutkan pemerintahan di Kesultanan Bima setelah ayahnya wafat. Abdul Khair menjadi sasaran penangkapan VOC karena pada saat pemerintahannya, beliau memberikan pernyataan menolak atas perjanjian Bongaya. Meneruskan cita-cita ayahnya, Abdul Khair mendirikan lembaga Sara hukum yang beranggotakan para tokoh agama dan ulama. Sehingga semasa sistem pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin dijalankan dengan hukum Islam. 3. Sultan Nuruddin 1682 – 1687 Nuruddin adalah putra dari Sultan Abdul Khair Sirajuddin dengan Bonot Je’ne yang dinobatkan untuk melanjutkan tahta ayahnya. Masa kepemimpinan Sultan Nuruddin dikenal dengan Paju Monca, beliau mendirikan perkampungan tambora, membentuk perang Turnojoyo hingga membangun masjid-masjid di Jakarta Barat. 4. Sultan Jamaluddin 1687 – 1696 Sultan Jamaluddin adalah putra sulung dari pernikahan Sultan Nuruddin dengan Daeng Tamemang yang menjadi Sultan di Kerajaan Bima ke-4. Beliau dengan tegas menyatakan penolakan kerja sama dengan Belanda. Hal itu ternyata membuat Sultan Jamaluddin dijebak dan dituduh telah membunuh bibi Permaisuri Sultan Dompu. Sultan Jamaluddin di penjara atas tuduhan tersebut hingga meninggal di Penjara Batavia. 5. Sultan Hasanuddin 1689 – 1731 Setelah Sultan Jamaluddin, Sultan di Kerajaan Bima digantikan oleh putra sulungnya dengan Karaeng Tana-tana yang bernama Hasanuddin. Selama pemerintahannya, beliau mampu memperluas ajaran Islam di kerajaan dan mengadakan berbagai pembaruan struktur organisasi Pemerintahan ke arah yang lebih baik serta maju. Tidak hanya itu saja, melalui seni budaya, Sultan Hasanuddin juga memperluas syiar Islam. 6. Sultan Alauddin Syah 1731 – 1742 Melanjutkan kepemimpinan ayahnya, Sultan Alauddin Syah yang bergelar Manuru Daha mencoba untuk menjalin kerja sama ekonomi, politik dan ekonomi dengan Makassar. 7. Sultan Ismail 1819 – 1854 Sultan Ismail sebenarnya merupakan Sultan Kesultanan Bima yang ke-10. Sebelumnya ada beberapa nama lain yang pernah menjadi pemimpin diantaranya Sultan Abdul Qadim 1742 – 1773, Sultanah Kumalasyah 1773 – 1795 dan Sultan Abdul Hamid 1795 – 1819. Namun tidak banyak catatan sejarah yang membahas tentang masa kepemimpinan dari nama-nama Sultan tersebut. Sultan Ismail sendiri merupakan anak dari Sultan Abdul Hamid yang diangkat sebagai Sultan di Kerajaan Bima pada November 1819. Pada awal-awal pemerintahannya, masyarakat Bima sangat menderita pasca letusan Gunung Tambora yang membuat banyak orang miskin dan kelaparan. Belum lagi dengan banyaknya serangan bajak laut serta bencana kemarau panjang yang semakin memperburuk keadaan di masyarakat Bima. Sultan Ismail memutuskan untuk patuh kepada Inggris agar dapat memperbaiki kehidupan ekonomi rakyatnya. 8. Sultan Muhammad Salahuddin 1915 – 1951 Setelah berakhirnya masa pemerintahan Sultan Ismail, kemudian dilanjutkan oleh Sultan Abdullan 1854 – 1868, Sultan Abdul Aziz 1868 – 1881 dan Sultan Ibrahim 1881 – 1915. Periode kepemimpinan Kerajaan Bima pada tahun 1915 – 1951 dilanjutkan olehSultan Muhammad Salahuddin, putra Sultan Ibrahim. Sultan Muhammad Salahuddin selama periode pemerintahannya banyak melakukan perubahan sistem pemerintahan dan keadaan politik. Beliau juga mendirikan sekolah islam di Kampo Suntu dan di Raba serta membangun masjid-masjid di setiap desa. Tidak hanya itu saja, Sultan juga membangun Badan Hukum Syara, yakni lembaga peradilan urusan agama. Sultan Muhammad Salahuddin turut andil dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan mendirikan berbagai organisasi penjuang kemerdekaan. Kehidupan Masyarakat Menurut catatan sejarah, masyarakat Bima pada awal-awal berdirinya kerajaan memiliki beberapa sifat yakni takut, malu dan sabar. Sifat-sifat tersebut diwarikan dari Sang Bima kepada anak-anaknya, Indra Zamrud dan Indra Kumala. Melalui keduanya, masyarakat di Bima juga diajarkan ilmu melaut dari Indra Zamrud dan ilmu bertani dari Indra Kumala. Sejak itu jugalah, pada abad ke-11 masehi wilayah Kerajaan Bima sudah menjadi daerah perdagangan dan menjadi kawasan penghubung antara Kerajaan Medang di Jawa dan di a. Kehidupan Sosial dan Budaya Kehidupan sosial di wilayah Kerajaan Bima terdiri dari beberapa suku, sementara untuk penduduk aslinya berasal dari suku Donggo yang menghuni wilayah pegunungan. Sedangkan untuk penduduk lainnya berasal dari suku Bima yang merupakan pendatang dari suku Bugis dan suku Makassar di wilayah pesisir Bima. Para pendatang tersebut menikah dengan penduduk asli dan menetap sebagai masyarakat suku Bima pada abad ke-14. Pendatang lainnya ada juga yang berasal dari suku Minangkabau dan suku Melayu yang menetap di daerah Benteng, Kampung Melayu dan Teluk Bima. Meskipun berasal dari beberapa suku yang berbeda, kehidupan sosial di lingkungan masyarakat Kesultanan Bima hidup dengan rukun dan berdampingan sebagai pedagang maupun pelayar. Menariknya lagi, di wilayah kerajaan juga terdapat pemukiman Arab, mereka datang sebagai mubaligh dan pedagang. Sementara jika diperhatikan dari kehidupan budaya, masyarakat di Kesultanan Bima hampir sebagian besar berpegangan teguh pada budaya-budaya islami. Namun budaya Islam tersebut baru berkembang sejak Kerajaan Bima berubah menjadi Kesultanan Bima. b. Kehidupan Keagamaan Seperti yang kita tahu bahwa Kerajaan Bima merupakan kerajaan Islam sejak pemimpinnya, Raja La Kai l, memutuskan untuk menjadi seorang mualaf dan memeluk agama Islam pada awal tahun 1030 Hijriyah. Agama Islam diperkenalkan pertama kali oleh Sayyid Murtolo dari Gresik, seorang putra Syekh Maulana Ibrahim Asmara. Penyiaran agama Islam sendiri di kehidupan Kesultanan Bima dilakukan bersamaan dengan kegiatan perdagangan. Awalnya Islam hanya diterima oleh kelompok-kelompok kecil serta masyarakat yang tinggal di daerah pesisir. Penyebaran agama Islam juga mendapat pengaruh dari Kerajaan Gowa yang memperluas penyiaran ke Kepulauan Nusa Tenggara, khususnya di Pulau Sumbawa. Kemudian penyebaran Islam dilanjutkan oleh para pedagang dari kesultanan Ternate, Kesultanan Bone, Kesultanan Luwu dan kerajaan Tallo. Sejak menjadi Kesultanan Bima yang mayoritas penduduknya beragama Islam, sehingga Sultan Bima menerapkan hukum Islam dan hukum adat secara bersamaan. Pada tahun 1788, Kerajaan Bima telah mendirikan peradilan Islam yang bernama mahkamah Syariah yang mempunyai fungsi utama untuk mengadili urusan syariat keagamaan. Mulai dari sini juga-lah mayoritas masyarakat yang tinggal di Kesultanan Bima hidup dengan aturan dan ajaran agama Islam. Selain melalui perdagangan, penyiaran agama Islam juga dilakukan melalui syair-syair dalam sastra dan sejarah. c. Kehidupan Ekonomi Kehidupan ekonomi Kesultanan Bima cukup baik karena secara geografis wilayah kekuasaannya berada di ujung timur Pulau Sumbawa. Berdasarkan lokasinya tersebut, kerajaan ini mempunyai teluk yang dimanfaatkan sebagai titik pelayaran. Masyarakat menggunakan lokasi tersebut sebagai pusat pelayaran dan perdagangan untuk meningkatkan kehidupan ekonomi mereka. Interaksi antara masyarakat Bima dengan pedagang pendatang yang mayoritas beragama Islam menjadi awal banyaknya penduduk yang kemudian memeluk agama Islam. Apalagi pada awal berdirinya kerajaan ini, masyarakat Bima masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Para pedagang banyak yang menjual beberapa barang seperti rotan, selapang dan soga. Masa Kejayaan Dalam catatan sejarah tidak dijelaskan secara pasti kapan dan tahun berapa Kesultanan Bima mencapai puncak kejayaannya. Karena periode kepemimpinan para sultan sultan di Kerajaan Bima selalu diwarnai dengan perlawanan terhadap pasukan VOC atau Belanda. Hal tersebut bahkan membuat salah satu sultan pernah ditangkap dan diasingkan hingga akhirnya meninggal dunia dalam penjara. Namun pada awal berdirinya Kerajaan, dijelaskan bahwa kehidupan masyarakat kerajaan Bima cukup makmur karena mereka menjalin kerjasama dengan berbagai Kesultanan daerah lainnya. Dalam bidang ekonomi pada, perdagangan, keagamaan maupun sosial-budaya cukup maju pada awal berdirinya kerajaan. Masa Keruntuhan dan Penyebabnya Kesultanan Bima berakhir pada tahun 1951 saat Sultan Muhammad Salahuddin wafat, dan dinyatakan sebagai pimpinan terakhir di kesultanan ini. Sebelum Kesultanan Bima berakhir, Bima telah mengakui kedaulatan Republik Indonesia dan menjadi bagian dari wilayah tanah air. Sehingga saat ini secara administratif, Bima berada dalam wilayah provinsi Nusa Tenggara Barat. Sayangnya tidak ada penjelasan secara rinci mengenai penyebab runtuhnya Kesultanan Bima. Padahal pada masa periode kepemimpinan Muhammad Salahuddin, kehidupan masyarakat di Bima cukup makmur dan maju dalam berbagai bidang. Peninggalan Sejarah Ada beberapa peninggalan sejarah yang menjadi jejak keberadaan Kesultanan Bima, diantaranya sebagai berikut a. Istana Asi Mbojo Peninggalan ini dibangun pada tahun 1888 saat masa kepemimpinan Sultan Ibrahim dan digunakan pada masa kepemimpinan Sultan Muhammad Salahuddin. Arsitektur pembangunan Istana Asi Mbojo dirancang oleh arsitek Obzicter Rahatta dengan memadukan gaya Belanda dan Bima. Pada masa Kesultanan Bima, istana ini digunakan sebagai kediaman keluarga Sultan dan sebagai pusat penyiaran agama. Setelah kerajaan berakhir, saat ini Istana Asi Mbojo menjadi museum peninggalan sejarah dan bisa dikunjungi oleh wisatawan. b. Istana Asi Bou Peninggalan lainnya adalah Istana ASI Bou yang dibangun pada tahun 1927, dulunya juga digunakan sebagai kediaman Sultan dan keluarganya. Istana ini dibangun sebagai kediaman sementara karena istana Asi Mbojo sedang dilakukan renovasi. Desain arsitekturnya berupa rumah panggung tradisional yang terbuat dari kayu jati. Pembangunannya menggunakan dana pribadi Sultan Muhammad Salahuddin dan sebagian disokong dari kas keuangan Kesultanan Bima. c. Masjid Sultan Muhammad Salahuddin Pada masa kepemimpinan Sultan Abdul Kadim, dibangun Masjid Sultan Muhammad Salahuddin tahun 1737 Masehi. Pembangunan masjid sempat terhenti, kemudian diteruskan kembali oleh Sultan Abdul Hamid. Desain masjid dibuat bersusun tiga, hampir mirip seperti arsitektur masjid Kudus. Namun, masjid ini hancur setelah di bom oleh pasukan sekutu dalam perang dunia ke-2. Sultan Muhammad Salahuddin kemudian memerintahkan pasukannya untuk pembangunan ulang masjid. d. Masjid Al-Muwahiddin Ada juga peninggalan berupa masjid Al-Muwahhidin yang didirikan pada 1947 saat kepemimpinan Sultan Muhammad Salahuddin. Pembangunan masjid ini bertujuan sebagai tempat ibadah sementara karena masjid Muhammad Salahuddin hancur. Di sini menjadi tempat kegiatan studi Islam, dakwah dan ibadah. e. Rimpu Rimpu diketahui merupakan pakaian wanita muslimah pada masa Kesultanan Bima. Busana ini digunakan sebagai penutup tubuh dan penutup kepala yang terdiri dari 2 lembar kain sarung. Satu kain sarung untuk menutupi kepala, dan satu sarung lainnya diikat pada perut untuk pengganti rok. Rimpu pertama kali dikenalkan di Bima pada abad ke-17 Masehi dan saat ini menjadi salah satu peninggalan Kesultanan Bima. Akhir Kata Sekarang sudah paham ya mengenai sejarah Kerajaan Bima yang pernah berdiri di Indonesia? Dari pembahasan di atas, diharapkan bisa memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai asal usul Kesultanan Bima. Meskipun sebenarnya hingga saat ini masih ada simpang siur sejarah Bima karena sulitnya menggabungkan fakta dan legenda yang diyakini oleh masyarakat setempat. Kamu juga bisa mampir ke beberapa tempat situs peninggalan Kerajaan Bima lho, jika kebetulan berkunjung ke Kota Bima Nusa Tenggara Barat. Semoga bermanfaat. SejarahSekolah Menengah Atas terjawab • terverifikasi oleh ahli Jelaskan kehidupan politik, kehidupan ekonomi,kehidupan agama, kehidupan sosial budaya kerajaan lombok dan sumbawa! (Secara singkat) Iklan Jawaban terverifikasi ahli zuhraalfiani kehidupan agama dan sosial budaya – Kerajaan Dompu adalah salah satu kerajaan kuno yang pernah berdiri di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat NTB. Konon, bangunan yang dulu diduga merupakan tempat Kerajaan Dompu berdiri sekarang sudah diubah menjadi Masjid Raya Dompu. Namun, kediaman raja masih ada hingga sekarang dan berada di Kelurahan ini sejarah Kerajaan Dompu. Baca juga Suku-suku di Bali dan Nusa Tenggara Sejarah berdirinya Kerajaan Dompu Apabila menelusuri kembali sejarah berdirinya Kerajaan Dompu, perlu dipahami terlebih dahulu wilayah Dompu sebelum menjadi selama Kerajaan Dompu berdiri, dikenal dua istilah yang diberikan pejabat tertinggi di pemerintahan masing-masing, yaitu Ncuhi dan Sangaji atau raja. Ncuhi adalah kepala kelompok dan tokoh dalam keagamaan, sedangkan sangaji/raja adalah penguasa pada Zaman Hindu hingga berdirinya Kesultanan Dompu. Pimpinan pemerintahan Dompu pada masa itu dipimpin oleh sangaji/raja yang berjumlah 8 orang. Setelah itu, seiring berjalannya waktu, mulai didirikan sebuah kerajaan atau kesultanan di tempat itu, yang kemudian disebut sebagai Kerajaan Dompu. Untuk menentukan dengan pasti tanggal, hari, bulan, dan tahun berapa Kerajaan Dompu berdiri sangat sulit karena tidak ada prasasti yang menceritakannya. KehidupanEkonomi Untuk menunjang Makasar sebagai pelabuhan transito dan untuk mencukupi kebutuhannya, maka kerajaan ini menguasai daerah-daerah sekitarnya. Buton demikian juga Lombok dan Sumbawa di Nusa Tenggara Barat. Dengan demikian jalan perdagangan waktu musim Barat yang melalui sebelah Utara kepulauan Nusa Tenggara dan jalan A. Kerajaan Lombok1 Kondisi GeografisLetak kerajaan Lombok berada di Selaparang yang saat ini berada di Desa Selaparang, Kecamatan Swela, Kabupaten Lombok Timur. Kondisi wilayah Lombok berupa dataran, perbukitan, dan bergunung. Wilayah tertinggi adalah Gunung Rinjani dengan Danau Segara Anak sebagai sumber mata air bagi penduduk disekitarnya. Gunung Rinjani dikelilingi oleh hutan yang tersebar di setiap kabupaten. Bagian selatan Pulau Lombok memiliki tanah subur yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian dengan variasi tanaman seperti jagung, padi, tembakau, kapas, dan Kehidupan PolitikPada awalnya Kerajaan Lombok terletak di wilayah Sambelia, Lombok Timur. Akan tetapi, pada awal pendiriannya Kerajaan Lombok masih sebagai kerajaan Hindu. Pengaruh Islam di Kerajaan Lombok dibawa oleh Sunan Prapen pada abad XVI Masehi setelah Kerajaan Majapahit runtuh. Pada abad XVI Masehi Kerajaan Lombok sedang diperintahkan Prabu Rangkesari atas ajakan Sunan Prapen, Prabu Rangkasari memeluk agama memeluk Islam, Prabu Rangkesari memindahkan pusat Kerajaan Lombok ke Desa Selaparang atas usul Patih Bannda Yuda dan Patih Singa Yuda. Pemindahan ini dilakukan karena letak Desa Selaparang lebih strategis dan tidak mudah diserang musuh dibandingkan posisi memindahkan pusat pemerintahan ke Selaparang, Kerajaan Selaparang mengalami kemajuan pesat. Dalam buku Mozaik Budaya Mataram dijelaskan bahwa Kerajaan Lombok untuk mengembangkan wilayah kekuasaannya hingga ke Sumbawa Kehidupan EkonomiKerajaan Lombok menggantungkan perekonomiannya pada sektor pertanian. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kondisi geografis Lombok sangat mendukung kegiatan pertanian utama yang dikembangkan masyarakat Lombok adalah penanaman padi. Tanaman padi dikembangkan masyarakat Lombok karena didukung kesuburan tanah akibat adanya material vulkanik Gunung Kehidupan AgamaSebelum mengenal Islam, masyarakat Lombok menganut kepercayaan animisme, dinamisme, dan agama Hindu. Islam masuk di Lombok dibawa Sunan Prapen setelah keruntuhan Kerajaan Majapahit. Dalam menyampaikan ajaran Islam, Sunan Prapen tidak menghilangkan kebiasaan masyarakat Lombok yang masih menganut kepercayaan lama. Bahkan, terjadi akulturasi antara Islam dan budaya masyarakat setempat. Sunan Prapen kemudian memanfaatkan adat istiadat setempat untuk mempermudah dan ajaran Islam. Salah satu akulturasi ajaran Islam dengan budaya lokal adalah munculnya ajaran Islam Wetu Kehidupan Sosial BudayaSecara tradisional, suku Sasak merupakan etnis utama yang menghuni mayoritas Pulau Lombok. Menurut prasasti Tong-Tong yang ditemukan di Pujungan, Bali, dijelaskan bahwa suku Sasak sudah menghuni Pulau Lombok sejak abad IX-XI Gorys Keraf, jika dirunut dari bahasanya, leluhur suku Sasak berasal dari Jawa. Pendapat Gorys Keraf didasarkan pada adanya tulisan Jejawan yang digunakan masyarakat Kerajaan Sumbawa1 Kondisi GeografisKerajaan Sumbawa terletak di Pulau Sumbawa, sebelah timur Pulau Lombok. Pulau Sumbawa merupakan pulau terbesar pada gugusan Kepulauan Nusa Sumbawa dipandang lebih strategis dibandingkan Kerajaan Lombok karena pusat Kerajaan Sumbawa terletak pada dataran yang agak tinggi tepatnya di kaki Gunung Tambora. Letaknya yang berada di dataran tinggi menyebabkan Kerajaan Sumbawa dapat mengantisipasi jika sewaktu-waktu mendapat serangan dari Kehidupan PolitikRaja pertama Kerajaan Sumbawa yang memeluk Islam adalah Dewa Majaruwa. Sebagai kerajaan baru yang bercorak Islam, Kerajaan Sumbawa melakukan hubungan dengan kerajaan Islam lain seperti Kerajaan Demak dan Gowa Tallo. Setelah Dewa Majaruwa meninggal, kedudukannya digantikan Mas Goa yang masih menganut agama tahta kerajaan ini membuat kerajaan Gowa Tallo marah dan menganggap Kerajaan Sumbawa telah mengingkari perjanjian sebelumnya. Atas campur tangan Kerajaan Gowa Tallo pada tahun 1673 Mas Goa diturunkan paksa sebagai Raja Sumbawa. Dengan turunnya Mas Goa berakhir juga kekuasaan Dinasti Dewa Awan Kuning di Kerajaan Sumbawa. Raja Sumbawa selanjutnya adalah Sultan Harunurrasyid I. Pada masa ini Kerajaan Sumbawa menguasai dua kerajaan kecil, yaitu Kerajaan Empang dan Jerewet. Dalam bidang pemerintahan, Raja Sumbawa dianggap sebagai orang yang dituakan dan tokoh pemersatu. Kedudukan raja dalam bidang pemerintah dibantu suatu dewan yang bernama Majelis Lima Belas Orang. Dalam urusan hukum raja dibantu manteri telu, memanca lima, dan lelurah pitu. Kombinasi raja dan ketiga pejabat tersebut disebut catur Kehidupan EkonomiPerekonomian Kerajaan Sumbawa menitikberatkan pada kegiatan pertanian lahan kering. Pertanian lahan kering dilakukan karena sebagian besar Pulau Sumbawa adalah tanah kering. Beberapa hasil pertanian Kerajaan Sumbawa, yaitu padi dan umbi-umbian. Dalam bidang perternakan, Kerajaan Sumbawa merupakan daerah peternak kuda terbaik. Dalam catatan sejarah sebelum dipengaruhi Islam, wilayah Sumbawa merupakan penghasil kuda hal perdagangan komoditas yang cukup terkenal dari Sumbawa adalah madu. Madu-madu diambil langsung dari alam seperti di pegunungan dan hutan-hutan. Madu Sumbawa diperdagangkan dengan pedagang dari Makassar karena pada masa pemerintahan Dewa Majaruwa Kerajaan Gowa Tallo dan Kerajaan Sumbawa telah mengadakan perjanjian politik dan Kehidupan Sosial BudayaMasyarakat Sumbawa didominasi suku bangsa Sumbawa. Menurut akar sejarahnya, suku Sumbawa merupakan percampuran antara penduduk asli Sumbawa, masyarakat Jawa, dan masyarakat Bugis. Pengaruh Jawa dan Bugis dapat dlihat dari bukti istilah Jawa dalam struktur pemerintahan Kerajaan ritual biso tiyan, yaitu selametan tujuh bulan kehamilan pertama gelar daeng dan datu bagi anak yang dipakai bangsawan Sumbawa mirip hiasan masyarakat Kerajaan BimaMulanya, Bima merupakan kerajaan yang dipengaruhi oleh Hindu-Buddha yang bercampur dengan kebudayaan asli. Sebelum Islam datang, penduduknya memercayai arwah-arwah leluhur mereka sebagai penjaga kehidupan. Pada awal abad ke-17, barulah ajaran Islam masuk ke Bima, yang terletak di bagian timur pulau Sumbawa. Tepatnya pada tahun 1620, raja Bima yang bernama La Ka'i memeluk Islam dan namanya berganti menjadi Abdul ajara Islam telah masuk ke daerah Sumbawa sejak abad ke-16. Persebaran Islam di wilayah ini terbagi dalam dua gelombang. Gelombang pertama sekitar tahun 1540-1550 oleh para mubaligh dan pedagang dari Demak. Sementara, Gelombang kedua terjadi pada 1620 oleh orang-orang Sulawesi. Pada gelombang kedua inilah Raja Bima, La Ka'i tertarik untuk menjadi muslim. Sejak penguasanya masuk Islam, Bima menjelma menjadi pusat penyebaran Islam di wilayah timur Nusantara. Para ulama yang berdakwah sebagian diangkat menjadi penasihat Sultan dan berperan besar dalam menentukan kebijakan Kerajaan. Banyak ulama termasyur yang datang ke Bima ini. Ada Syekh Umar al-Bantani dari Banten yang berasal dari Arab, Datuk Di Bandang dari Minangkabau, Datuk Di Tiro dari Aceh, Kadi Jalaludin serta Syekh Umar Bamahsun dari bagian barat dan timur pelabuhan Bima telah terdapat perkampungan orang Melayu. Perkampungan ini menjadi pusat pengajaran Islam. Sultan Bima begitu menghormati orang-orang Melayu dan menganggap mereka saudara. Mereka bahkan dibebaskan dari kewajiban membayar pajak. Ulama dan penghulu Melayu mendapat hak istimewa untuk mengatur perkampungan mereka sesuai dengan hukum Islam. Dengan demikian, bahasa Melayu dengan mudah menyebar di Bima dan sekitarnya. Wilayah kekuasaan Kerajaan Bima meliputi Pulau Flores, Timor, Solor, Sumba, dan Sawu. Pada waktu itu, Bima merupakan salah satu bandar utama. Para pedagang yang pergi dari Malaka ke Maluku, aatau sebaliknya, pasti melewati perairan meningkatkan perdagangannya, Bima mengadakan hubungan dengan kerajaan-kerajaan lain yang berdekatan. Salah satunya dengan Kerajaan Goa. Datuk Di Bandang dan Datuk Di Tiro adalah ulama yang datang ke Sumbawa atas dukungan Goa. Hubungan dua kerajaan ini dipererat dengan pernikahan antara keluarga kedua Bima terbukti telah membantu pihak Goa dalam menghadapi Belanda. Ketika Goa menandatangani Perjanjian Bongaya taahun 1667 dengan pihak Belanda, Bima pun dipaksa untuk ikut menandatangani perjanjian tersebut. Ketika itu Sultan Bima menolak. Namun, dua tahun kemudian, 1669, Kerajaan Bima akhirnya harus mengakui kekuasaan Belanda. Perjanjian damai pun dilaksanakan, sejak itulah bangsa Belanda ikut serta dalam urusan dalam negeri tahun 1906, penguasa Bima, Sultan Ibrahim, dipaksa menandatangani kontrak politik yang bertujuan menghapus kedaulatan Kerajaan Bima oleh Belanda. Isi perjanjian ini antara lain Bima mengakui wilayahnya menjadi bagian dari kekuasaan Hindia-Belanda, Sultan tidak boleh mengadakan kerjasama dengan bangsa Eropa lain. Selain itu, Bima harus membantu Belanda bila sedang berperang dan Sultan dilarang menyerahkan kekuasaannya selain kepada Belanda. Pada masa pemerintahan sultan terakhir, Muhammad Salahuddin 1915-1951, pendidikan agama Islam mengalami perkembangan yang pesat. Sultan Muhammad memperbanyak sarana peribadahan dan pendidikan, seperti masjid dan madrasah sekolah Islam.Kerajaan Baima berakhir pada tahun 1951 karena Sultan Muhammad Salahuddin meninggal dunia. Di samping itu, sebelumnya Bima telah mengakui kedaulatan Republik Indonesia dan menjadi bagiannya. Kini Bima menjadi wilayah kabupaten, berada dalam Provinsi Nusa Tenggara Buku paket Sejarah Indonesia Intan Pariwara Kehidupanekonomi Kesultanan Bima cukup baik karena secara geografis wilayah kekuasaannya berada di ujung timur Pulau Sumbawa. Berdasarkan lokasinya tersebut, kerajaan ini mempunyai teluk yang dimanfaatkan sebagai titik pelayaran. Masyarakat menggunakan lokasi tersebut sebagai pusat pelayaran dan perdagangan untuk meningkatkan kehidupan ekonomi Kesultanan Sumbawa atau juga dikenal dengan Kerajaan Samawa[1] adalah salah satu dari tiga kerajaan Islam besar di Pulau Sumbawa. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir 2/3 dari luas pulau Sumbawa.[2] Keberadaan Tana Samawa atau wilayah Sumbawa, mulai dicatat oleh sejarah sejak zaman Dinasti Dewa Awan Kuning, tetapi tidak banyak sumber tertulis yang bisa dijadikan bahan acuan untuk mengungkapkan situasi dan kondisi pada waktu itu. Sebagaimana masyarakat di daerah lain, sebagian rakyat Sumbawa masih menganut animisme dan sebagian sudah menganut agama Hindu. Baru pada kekuasaan raja terakhir dari Dinasti Awan Kuning, yaitu Dewa Maja Purwa, ditemukan catatan tentang kegiatan pemerintahan kerajaan, antara lain bahwa Dewa Maja Purwa telah menandatangani perjanjian dengan Kerajaan Gowa di Sulawesi. Perjanjian itu baru sebatas perdagangan antara kedua kerajaan kemudian ditingkatkan lagi dengan perjanjian saling menjaga keamanan dan ketertiban. Kerajaan Gowa yang pengaruhnya lebih besar saat itu menjadi pelindung Kerajaan Samawa. Kerajaan-kerajaan Seran, Taliwang, dan Jereweh masing-masing merupakan kerajaan vasal dari kerajaan Sumbawa. Raja Samawa yang pertama dari kerajaan kecil Sampar Kemulan bernama Maja Paruwa, dari dinasti Dewa Awan Kuning yang telah memeluk agama Islam. Setelah meninggal, Maja Paruwa diganti oleh Mas Cini Dewa Mas Pemayam putra raja selaparang. Kemudian Mas Cini di ganti oleh Mas Goa. Mas Goa tidak lama memerintah karena pola pikir dan pandangan hidupnya masih dipengaruhi ajaran Hinduisme. Pada tahun 1637 Mas Goa digantikan oleh putera dari saudara perempuannya, bernama Mas Bantan. Lama pemerintahannya, dari tahun 1675 1701. Mas Bantan adalah putera Raden Subangsa, seorang pangeran dari Banjarmasin.[3] hasil pernikahan dengan saudari perempuan Mas Goa yaitu Amas Penghulu Setelah Dewa Mas Goa di berhentikan karena dianggap telah melanggar salah satu perjanjian damai dengan Kerajaan Gowa, maka ia terpaksa disingkirkan bersama pengikut-pengikutnya, kira-kira ke wilayah Kecamatan Utan-Rhee sekarang. Ia diturunkan dari tahtanya karena mangkir dari kesepakatan pendahulunya dengan Kerajaan Gowa. Tidak disebutkan apa pelanggaran yang telah dilakukan Mas Goa, namun campur tangan Raja Gowa di Sulawesi sangat besar. Pemberhentian secara paksa ini terjadi pada tahun 1673 sekaligus mengakhiri pengaruh Dinasti Dewa Awan Kuning di Sumbawa.[4] KehidupanEkonomi Kerajaan Kalingga. Kerajaan Kalingga mengembangkan perekonomian perdagangan dan pertanian. Letaknya yang dekat dengan pesisir utara Jawa Tengah menyebabkan Kalingga gampang diakses oleh para pedagang dari luar negeri. Kalingga adalah daerah penghasil kulit penyu, emas, perak, cula badak, dan gading sebagai barang dagangan.
Tampak depan Istana Dalam Loka di Sumbawa Foto Shutter StockRatusan tahun yang lalu, nama Sumbawa terkenal di dunia karena letusan Gunung Tamboranya yang dahsyat. Letusan itu bahkan berhasil membuat benua Eropa tak mengalami musim panas selama setahun penuh pada 1816 silam. Kurang lebih 69 tahun setelahnya, tepatnya pada 1885, muncul sebuah kerajaan yang dikenal sebagai Kerajaan Sumbawa. Dibangun oleh Muhammad Jalaluddin Syah III, kerajaan ini memiliki sebuah istana indah di Kota Sumbawa Besar yang diberi nama Istana Dalam Loka. Istana Dalam Loka di Sumbawa berada di Kota Sumbawa Besar Foto Shutter StockKerajaan Sumbawa atau yang juga disebut sebagai Kesultanan Samawa adalah kesultanan bernafas Islam yang merupakan satu dari tiga kerajaan besar di Sumbawa. Seperti yang dikutip dari laman resmi Kemenparekraf, Istana Dalam Loka dibangun untuk menggantikan istana lama yang terbakar. Dulunya Istana Dalam Loka digunakan sebagai pusat pemerintahan sekaligus kediaman bagi sultan beserta dengan anggota kerajaan. Namun kini, istana tersebut sudah menjadi cagar alam dan digunakan sebagai venue untuk pemilihan putra/putri daerah Taruna-Dadara, latihan menari, teater, hingga serune seruling Sumbawa. Salah seorang wisatawan memotret Istana Dalam Loka Foto Shutter StockPembuatan Istana Dalam Loka di masa lalu tak sembarangan. Terdapat filosofi adat yang dianut untuk membangun tempat ikonik itu. Filosofi itu adalah Adat berenti ko syara, syara barenti kokitabullah.'Artinya, semua aturan adat istiadat maupun nilai-nilai dalam sendi kehidupan masyarakat Sumbawa harus bersemangatkan pada syariat Islam. Jadi, enggak heran apabila banyak hal dalam Islam yang diadopsi dalam pembangunan istana ini. Istana Dalam Loka memiliki luas 904 meter persegi, dibangun selama sembilan bulan, dan memiliki 99 tiang penyangga, seperti jumlah Asma'ul Husna. Dalam Antara, disebutkan pula bahwa istana itu memiliki 17 anak tangga, sama dengan jumlah rakaat dalam salat lima waktu. Tampak samping Istana Dalam Loka di Sumbawa Foto Shutter StockBangunannya berbentuk seperti rumah panggung dan terbuat dari kayu jati. Penggunaan kayu jati dalam bangunannya rupanya tak sembarangan. Kayu jati dipilih karena sifatnya yang cenderung menjadi lebih kuat seiring dengan bertambahnya usia. Karena di masa lalu, kayu jati dikeringkan secara alami, agar dapat kokoh sepanjang waktu. Bangunannya dibuat menghadap ke selatan. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, berdasarkan hukum arah mata angin, selatan dapat memberikan suasana sejuk, tenteram, damai, dan juga punya makna tersendiri bagi pemimpin, yaitu mau dan berani menatap pada masa lalu sehingga pemimpin itu memiliki kebijaksanaan dan kearifan dalam menyikapi masa lalu sebagai pelajaran di masa depan dan tentu saja di masa kini. Istana Dalam Loka di Sumbawa didominasi kayu Foto Shutter StockIstana Dalam Loka terdiri dari dua lantai. Lantai pertama berisi ruang pertemuan dan upacara kesultanan, kamar tidur sultan dan permaisuri, kamar tidur anggota kesultanan, kamar dayang, tempat salat dan dapur. Sementara, lantai dua berisi ruangan menenun dan tempat bermain putri sultan. Buat kamu yang berencana untuk menyambangi Istana Dalam Loka, jangan lupa untuk melepaskan alas kaki sebelum memasuki istana, yang terakhir, jangan heran apabila Istana Dalam Loka terlihat kosong karena memang benda-benda pusaka peninggalan Kesultanan Sumbawa seperti mahkota, pakaian kebesaran, pedang, tombak, dan yang lainnya telah dipindahkan ke Istana Bala Kuning. Meski begitu, enggak perlu ragu untuk berkunjung. Anak-anak yang berlatih kebudayaan di Istana Dalam Loka bisa menjadi atraksi yang menarik untuk disaksikan selain mendengarkan kisah sejarah bangunan tersebut. Cocok banget buat jadi tempat wisata di Sumbawa bagi para pecinta menyambangi Istana Dalam Loka?
Kehidupansosial ekonomi masyarakatnya begitu baik dan maju. Adapun peninggalan yang merupakan bukti nyata akan keberadaan kerajaan Pekat di Pulau Sumbawa yang sampai saat ini masih terjaga kelestariannya yakni; 1) tare/Nampan, 2) peti emas, 3) tempat rempah dan penumbuk sirih, dan 4) tempat rempah-rempah.

Sumbawa Pulau Sumbawa, Nusatenggara Barat, sebelumnya adalah kesultanan yang mempunyai hubungan erat dengan Kerajaan Makassar Sulawesi Selatan. Namun, pada 1959 Kesultanan Sumbawa dibubarkan dan menjadi Kabupaten Sumbawa dengan ibu kotanya di Sumbawa Besar. Sultan terakhir adalah Muhammad Kaharuddin III. Sisa-sisa peninggalan kesultanan kini terawat dengan baik. Istana peninggalan Sultan Muhammad Jalaludin III, misalnya, yang dibangun awal Abad ke-20, hingga saat masih terawat dengan baik. Di Istana Loka tersimpan barang-barang peninggalan kesultanan seperti keramik dari zaman Dinasti Ming dan seperangkat alat pengobatan raja. Selain dikenal dengan peninggalan sejarahnya, Sumbawa juga dikenal sebagai penghasil madu alami dan tenun ikat. Madu alami diambil warga dari hutan dan pegunungan. Dari mulai mengambil madu di sarang hingga pemerasan masih menggunakan cara-cara tradisional. Madu diambil dari hutan dengan menggunakan obor. Asap obor ini berfungsi mengusir lebah dari sarangnya. Selanjutnya sarang madu diambil dan dimasukkan ke dalam ember. Setiap sarang dimasukkan ke dalam ember terpisah. Sebab, setiap sarang madu mempunyai kekentalan, rasa, dan aroma berbeda. Perbedaan ini terjadi karena beragamnya bunga yang diisap lebah. Setiap satu sarang lebah terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian madu, bipolen, dan anak lebah. Bipolen dan madu mempunyai nilai ekonomi tingggi. Khusus bipolen, biasanya hanya ada dua sampai tiga pekan sebelum hujan dalam setahun. Bipolen dikonsumsi langsung dan sangat bagus untuk pertumbuhan sel tubuh. Sementara harga madu lebah Sumbawa Rp dalam botol 620 mililiter. Sumbawa juga dikenal dengan tenun ikat. Pusat industri tenun di Desa Sekatoh atau sekitar delapan kilometer dari Sumbawa Besar. Pusat kerajinan ini dibangun pada tahun 80-an. Awalnya, tenun ikat itu menjadi pekerjaan sampingan ibu-ibu rumah tangga. Namun, seiring maraknya industri pariwisata tenun ikat Sumbawa menjadi potensi ekonomi masyarakat. Satu lembar tenun ikat dijual Rp 400 ribu hingga Rp 600 ribu.YYT/Asti Megasari dan Effendi Kasah* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Nama: Yobel Angela B.MNo Absen : 33Kelas : X MIPA 7Keterangan : Kehidupan Ekonomi dan Peninggalan Kerajaan di Nusa Tenggara• Kerajaan di Nusa tenggara :- Ke
A. Kerajaan Ternate Tidore Kehidupan Politik di Kerajaan Ternate Tidore Di Maluku terdapat dua kerajaan yang paling berpangaruh, yakni Ternate dan Tidore. Ternate berhasil meluaskan wilayahnya dan membentuk Uli Lima. Kerajaan Tidore juga berhasil memperluas pengaruhnya dan disatukan dalam Uli Siwa. Mula-mula Kerajaan Ternate dan Tidore dapat hidup berdampingan dan tidak pernah terjadi konflik. Namun, setelah kedatangan bangsa Eropa di Maluku, mulailah terjadi pertentangan. Kerajaan-kerajaan di Maluku tidak bersatu dalam menghadapi musuh dari luar, tetapi malah bersaing dan saling menjatuhkan. Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaan pada masa Sultan Baabullah. Sultan Baabullah dapat meluaskan daerah kekuasaannya di Maluku. Daerah kekuasaannya terbentang antara Sulawesi dan Papua. Pada abad ke-17, bangsa Belanda datang di Maluku dan segera terjadi persaingan antara Belanda dan Portugis. Belanda akhirnya berhasil menduduki benteng Portugis di Ambon dan dapat mengusir Portugis dari Maluku 1605. Belanda yang tampa ada saingan kemudian juga melakukan tindakan yang sewenang-wenang. Tindakan-tindakan penindasan tersebut jelas membuat rakyat hidup menderita. Sebagai reaksinya rakyat Maluku bangkit mengangkat senjata melawan VOC. 2. Kehidupan Ekonomi di Ternate Tidore Kehidupan rakyat Maluku yang utama adalah pertanian dan perdagangan. Tanah di Kepulauan Maluku sangat subur dengan hasil utamanya cengkih dan pala. Dengan hasil rempah-rempahnya maka aktivitas perdagangan rakyat Maluku maju dengan pesat. 3. Kehidupan Sosial dan Agama Raja Maluku yang mula-mula memeluk agama Islam adalah Raja Ternate. Banyak rakyat Maluku yang memeluk agama Islam terutama penduduk yang tinggal di tepi pantai. Portugis juga menyebarkan agama Katolik. Terdapat berbagai agama yang ada di kehidupan sosial. 4. Budaya Budaya di Ternate Tidore tidak berkembang pesat karena fokus dengan perdagangan. B. Kerajaan Lombok 1. Politik Sunan Prapen berhasil mengislamkan Raja Lombok, Prabu Rangkesari. Kemudian, Prabu Rangkesari memindahkan pusat kekuasaan ke Selaparang. Pemindahan pusat kerajaan membawa suasana dan kondisi membaik bagi kerajaan dan rakyatnya. Di bawah pimpinan Prabu Rangkesari, Kerajaan Selaparang berkembang menjadi kerajaan yang maju di berbagai bidang. Kerajaan Lombok pernah diserang Kerajaan Gelgel dari Bali sebanyak 2 kali. Namun, kedua serangan tersebut dapat dipatahkan. 2. Sosial Agama Islam masuk melalui perdagangan. Mula-mula pedangang datang untuk berdagang, kemudian banyak diantara mereka yang bertempat tinggal menetap bahkan mendirikan perkampungan-perkampungan. Para pendatang dengan suku Sasak mengadakan hubungan saling menghormati. 3. Budaya Lombok dapat menciptakan sendiri aksara Sasak. Para pujangganya mengarang, menggubah, mengadaptasi, atau menyalin ke dalam lontar-lontar Sasak. Pujangga juga banyak menyalin dan mengadaptasi ajaran-ajaran sufi para walisongo, hikayat-hikayat Melayu pun banyak yang disalin dan diadaptasi. 4. Ekonomi Labuan Lombok banyak dikunjungi para pedagang. Labuan Lombok sebagai pelabuan dagang disinggahi para pelaut dan saudagar muslim dari Jawa dan mulailah timbul bandar-bandar tempat para pedagang sehingga semakin ramai. Komoditas utama masyarakat Lombok adalah padi. C. Kerajaan Bima Politik Agama Islam masuk di Bima melalui pelabuhan Sape. Abdul Kahir dinobatkan menjadi Raja Bima. Kesultanan Bima mengadakan hubungan dengan kerajaan di sekitarnya, salah satunya dengan Kerajaan Gowa. Perjanjian Bungaya akhirnya memisahkan Kesultanan Gowa dan Kesultanan Bima, karena semangat anti penjajahan antara kedua Kesultanan sangat merugikan perdagangan monopoly bagi Belanda di perairan Indonesia timur. Kerajaan Bima berakhir pada tahun 1951 karena Sultan Muhammad Salahuddin meninggal dunia. 2. Ekonomi Kerajaan Bima telah menjalin hubungan dagang dengan VOC. Melalui perjanjian, kerajaan-kerajaan di pulau sumbawa tidak boleh dilarang mengadakan hubungan politik maupun dagang dengan daerah-daerah lain, dengan bangsa Eropa lain atau dengan seseorang kecuali dengan persetujuan dan ijin dari VOC. 3. Budaya Setelah agama Islam masuk ke Bima, kemudian berkembang tradisi tulis. Beragam tradisi dan budaya terlahir dan masih dipertahankan rakyatnya. Salah satu yang hingga kini masih kekal bahkan terwarisi adalah budaya rimpu. 4. Sosial Agama Islam relatif mudah diterima, karena orang Bima sebenarnya telah lama mengenal agama Islam melalui para penyiar agama dari tanah Jawa, Melayu bahkan dari para pedagang Gujarat India dan Arab di Sape. Bima menjelma menjadi pusat penyebaran Islam di wilayah timur Nusantara. Saat ini, di beberapa daerah di Bima, terjadi percampuran antara Islam dan tradisi lokal. D. Kerajaan Sumbawa Politik Pada tahun 1674 M dinasti baru terbentuk dan diberi nama Dinasti Dewa Dalam Bawa’. Saat itu, rakyat Sumbawa sudah mulai memeluk agama Islam. Luas wilayah kekuasaannya dimulai dari wilayah taklukan Kerajaan Empang hingga Jereweh. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddin III, campur tangan Belanda sudah terlalu jauh, terutama dalam hal menarik pajak. Akhirnya meledaklah pemberontakan rakyat. 2. Ekonomi Kerajaan Sumbawa bertumpu pada kegiatan pertanian lahan kering dan peternakan kuda. 3. Sosial Rakyat Sumbawa sangat terbuka dan penuh toleransi. 4. Budaya Peninggalan budaya Kerajaan Sumbawa, antara lain Kitab Suci Al Qur’an dengan tulisan tangan oleh Muhammad Ibnu Abdullah Al Jawi dan Istana Dalam Loka. Politik Politik Islam di Papua berkembang karena adanya pengaruh kerajaan Islam di Maluku. Pengaruh kekuasaan Kesultanan Ternate ditemukan di Raja Ampat, Fak-Fak dan Kaimana. Sejumlah tokoh lokal, bahkan diangkat oleh Sultan Tidore menjadi pemimpin-pemimpin di Biak. 2. Sosial Islam dikembangkan oleh pedagang-pedagang Bugis melalui Banda. Sistem sosial kerajaan Islam di Papua menganut sistem hukum Islam. 3. Ekonomi Terdapat beberapa pedagang muslim yang singgah di Papua. Selain itu, daerah Papua memiliki kekayaan tambag dan rempah-rempa. 4. Budaya Peninggalan Islam di Papua tidak sebanyak di daerah lain. Namun demikian bukan berarti hal tersebut menjadikan Papua sepi dari peninggalan Islam. Ada beberapa peninggalan sejarah Islam di Papua, misalnya Masjid Tunasgain.
Kehidupanperekonomian yang utama dari masyarakat Aceh ialah perdagangan. Pada masa kejayaan Aceh, perekonomian Aceh berkembang pesat. Penguasaan Aceh atas daerah-daerah pantai barat dan timur Sumatra banyak menghasilkan lada. Semenanjung Malaka banyak menghasilkan lada dan timah.
Jakarta - Sumbawa merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat NTB. Letaknya di bagian barat Pulau Sumbawa. Dengan luas wilayah kilometer persegi ini, Sumbawa terdiri 24 kecamatan, delapan kelurahan, dan 157 desa. Menurut sejarah, keberadaan Kabupaten Sumbawa atau Tana Samawa ini mulai dikenal sejak zaman Dinasti Dewa Awan Kuning 1350-1389. Saat itu, corak kerajaan masih bersifat hinduistis. Lalu, corak Hindu tersebut berakhir sejak masa kepemimpinan Raja Dewa Majaruwa yang memeluk Islam setelah kerajaan menjalin hubungan dengan kerajaan Islam Demak. Naik Jet Pribadi, Nikita Willy dan Indra Priawan Ajak Sahabat Liburan di Sumbawa Arti Kebaya Merah Maudy Ayunda yang Dipakai di Hari Kelulusan S2 dari Stanford University Kasus Antrean Panjang demi BTS Meal Berujung Penyegelan Gerai di Berbagai Kota Kabupaten Sumbawa memiliki situs peninggalan sejarah dari zaman Megalitikum, yakni Situs Air Renung. Lokasinya berada di Kecamatan Moyo Hulu. Pada Situs Aik Renung terdapat beberapa peninggalan kuburan batu atau biasa disebut sarkofagus. Pada dinding sarkofagus itu terdapat beberapa ukiran wajah dan tubuh manusia. Tidak hanya satu, tetapi dua batu sarkofagus di sana. Pada batu kedua ukiran Sarkofagusnya lebih beragam. Selain ukiran manusia juga ada ukiran buaya. Namun, ukiran tersebut kian tergerus oleh cuaca. Selain itu, Kabupetan Sumbawa juga masih memiliki hal menarik lainnya. Berikut enam fakta menarik tentang Sumbawa yang telah dirangkum dari berbagai sumber. 1. Pemukiman Terpadat di Dunia Desa Pulau Bungin merupakan salah satu desa yang terletak di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Pulau Bungin ini hanya seluas 8,5 hektare, relatif kecil untuk ukuran desa. Tetapi, jumlah penduduknya banyak sehingga Desa Pulau Bungin dijuluki sebagai pemukiman terpadat di dunia. Dapat dilihat bahwa di daerah itu hampir tidak ada lahan kosong, tidak memiliki garis pantai, dan tidak ada lahan hijau. Dulunya, di pulau ini hanya terdapat gundukan pasir putih. Namun saat ini, penduduk Pulau Bungin saling hidup berdesakan dengan rumah-rumah yang berjejer secara berhimpitan. Uniknya, rumah yang berdiri di desa ini tidak menggunakan batu atau tanah sebagai pondasinya, melainkan menggunakan terumbu karang yang sudah mati. Jadi, warga tak perlu membeli tanah karena mereka harus mengeruk tanahnya sendiri. Saat berkunjung ke sini, jangan lupa mencicipi kuliner seafood-nya yang gurih dan asin. 2. Istana Tua Peninggalan Kesultanan Sumbawa Istana Dalam Loka merupakan saksi bisu yang memperlihatkan kejayaan Kesultanan Sumbawa pada masanya. Pembangunan bangunan tua itu diprakarsai oleh Sultan Muhammad Jalaludin Syah III yang menjadi sultan ke-16 dari Dinasti Dewa Dalam Bawa pada 1885. Istana Dalam Loka terlihat sangat megah dengan bentuk rumah panggung dan memiliki luas bangunan 904 meter. Istana ini dibangun dengan menggunakan kayu yang memiliki filosofi “adat berenti ko syara, syara barenti ko kitabullah”. Filosofi tersebut bermakna bahwa semua aturan adat istiadat maupun nilai-nilai dalam sendi kehidupan masyarakat Sumbawa harus didasarkan pada syariat Islam. Lambang Islam juga dapat dilihat dari kayu penyangga yang berjumlah 99 dengan arti Asmaul Husna. Bangunan istana dibangun dengan sistem baji, apabila terjadi gempa bumi bangunan ini memiliki tingkat kelenturan yang tinggi. Saksikan Video Pilihan Berikut IniSaat pandemi Covid-19 ini banyak sekolahan yang masih menggunakan sistem belajar online dirumah menggunakan Internet. Tetapi ada yang unik di Sekolah ini karena belajar online menggunakan alat bantu Handie Talkie HT. uoX9O.
  • 8qquv2hy5w.pages.dev/267
  • 8qquv2hy5w.pages.dev/494
  • 8qquv2hy5w.pages.dev/187
  • 8qquv2hy5w.pages.dev/314
  • 8qquv2hy5w.pages.dev/27
  • 8qquv2hy5w.pages.dev/54
  • 8qquv2hy5w.pages.dev/177
  • 8qquv2hy5w.pages.dev/263
  • kehidupan ekonomi kerajaan sumbawa